SAYA KE AUSTRALIA?? WAAH, HOAX!!
Kawan-kawan
pernah dengar tentang Australia Awards? Belum pernah? Sebagian besar masyarakat
Maluku Utara utamanya mahasiswa memang belum akrab dengan Australia Awards,
termasuk saya. Pertama kali saya mengetahui tentang Australia Awards
(selanjutnya akan disebut AAS) adalah melalui Harian Malut Post, yang pada awal
tahun 2018 mempromosikan tentang beasiswa AAS berupa program ELTA. Nah, apa itu
ELTA? Apa itu AAS? Apakah penerima beasiswa ini akan mendapatkan kesempatan
melanjutkan studi S2 ke Australia? Beberapa topik tersebut akan saya bahas
dalam tulisan ini.
Australia Awards
(AAS) adalah beasiswa internasional bergengsi yang didanai oleh Pemerintah
Australia, yang menawarkan kesempatan pada generasi Indonesia untuk melanjutkan
studi, penelitian dan pengembangan sumber daya manusia. Program AAS di
Indonesia sendiri dimaksudkan untuk melanjutkan program pemberian beasiswa dari
Pemerintah Asutralia yang sudah dimulai sejak 60 tahun lalu. Salah satu tujuan
AAS adalah untuk meningkatkan pembangunan Indonesia melalui kontribusi sumber
daya manusia yang profesional dan berkualitas, sekaligus bertujuan membangun
hubungan yang kuat dan positif antara Indonesia dan Australia (https://australiaawardsindonesia.org).
ELTA atau English
Language Training Assistance adalah program bantuan pelatihan Bahasa Inggris yang
dirancang untuk menunjang para pendaftar yang memenuhi kriteria beasiswa S2,
namun memiliki tingkat kemahiran Bahasa Inggris dibawah persyaratan minimal
IELTS 5.0 untuk pendaftaran Australia Awards Scholarships. Maksudnya adalah
ELTA ini program yang diberikan AAS untuk mengembangkan keterampilan akademik,
serta untuk meningkatkan kepercayaan diri berkomunikasi dalam Bahasa Inggris meskipun
tujuan utama ELTA supaya para penerima beasiswa mampu mencapai nilai IELTS agar
bisa mendaftar dalam program beasiswa AAS nantinya. Nah, sampai disini sudah
bisa paham kan apa hubungan AAS dan ELTA?
Seperti yang saya
singgung diawal paragraf bahwa saya mengetahui tentang AAS dari Harian Malut
Post, yang dalam beberapa minggu mengiklankan tentang penerimaan peserta
program ELTA disalah satu halamannya. Berawal dari coba-coba saya mengirimkan
berkas sebagaimana persyaratan yang diminta dan beberapa bulan setelahnya saya
menerima notifikasi email bahwa saya lulus tahap seleksi berkas. Bersama 39
orang lainnya dari berbagai daerah di Provinsi Maluku Utara, kami mengikuti
seleksi tahap kedua yaitu tes tertulis yang dilaksanakan di BLK Ternate pada
Juli 2018. Dalam seleksi tahap kedua, kami dinilai berdasarkan kemampuan
reading, listening, writing –yang semua pertanyaannya dalam Bahasa Inggris-
serta tes pengetahuan umum yang diadakan dalam Bahasa Indonesia. Dalam seleksi
tertulis, kami diperintahkan menuliskan esai kami tentang topik yang telah ditentukan dalam
Bahasa Inggris. Saya yang baru pertama kali mengikuti tes semacam ini merasa benar-benar
kesulitan menghadapi tekanan menulis esai Bahasa Inggris dalam waktu 45 menit.
Tim ELTA punya
kriteria sendiri dalam meluluskan peserta, yakni peserta yang termasuk dalam
kriteria pass yang lolos pada tahap
wawancara, untuk peserta yang underqualified (kekurangan nilai) atau overqualified (kelebihan nilai) otomatis
tidak lolos ke tahap selanjutnya. Yang kekurangan nilai diminta memperkuat
grammar –sebab yang dijadikan soal dalam tes tertulis adalah tentang grammar dan tenses- dan yang kelebihan nilai diarahkan untuk langsung mendaftar
beasiswa S2.
Hasilnya? Saya
lulus dalam seleksi ini, dan melanjutkan ke tahap wawancara mesti dalam tahap
terakhir ini saya sangat yakin tidak akan lolos. Bayangkan saja, sebagian besar
kawan yang saya ajak berbincang untuk menghilangkan kegugupan ketika menunggu
giliran wawancara adalah para mahasiswa/mahasiswi lulusan Sastra Inggris, apa
kabar saya yang belajar Bahasa Inggris setengah hati pas di sekolah..... lol.
Ketika tiba giliran saya diwawancarai, saya diajak keruangan lain yang di
dalamnya sudah menunggu tiga orang perempuan yang menjadi pewawancara, salah
seorang dari mereka native. Wawancara diadakan dalam Bahasa Inggris yang
membuat saya semakin gugup, setiap pertanyaan yang ditanyakan saya jawab dengan
pardon please sambil menahan tawa
miris. Semakin membingungkan ketika dia berbicara dengan aksen British yang
bikin saya selalu membatin “Ya Tuhan dia
balogat skali, apaka dia bilang ni?!” wkwk
Nah, bocoran
untuk pertanyaan yang ditanyakan saat wawancara adalah seputar pekerjaan,
kondisi pendidikan dan kesehatan di kota kelahiran dan kota tempat tinggal,
kegiatan sosial, organisasi yang diikuti bahkan sampai pada pertanyaan
penegasan mengapa beasiswa ini harus diberikan pada anda? Dan tentu saja anda
wajib menjawab dalam Bahasa Inggris meski dalam sesi terakhir wawancara
–wawancaranya tiga sesi per peserta yang diwawancarai- diadakan dalam Bahasa
Indonesia. Pertanyaan dalam Bahasa Indonesia nya seputar apakah orangtua anda
akan mengijinkan jika anda diberikan beasiswa ini, serta mengapa memilih
Australia untuk studi lanjutan anda. Saya jawab sebisa saya saja, setelah
wawancara berakhir saya langsung masuk kerja dan tidak lagi mengingat tentang
seleksi ELTA karena saya sangat yakin tidak akan lulus dan tidak perlu meratapi
jika tidak lulus dalam percobaan pertama beasiswa saya.
Anehnya Agustus lalu
saya menerima notifikasi email lagi, bahwa saya lulus tahap ketiga dan diminta
menyiapkan berkas yang diperlukan untuk mengikuti program ELTA selama 3 bulan
di Ambon. Catat, di Ambon bukan di Australia. Australia itu untuk penerima
beassiwa AAS untuk studi S2 sedangkan kami penerima beasiswa program ELTA untuk
ILETS di Ambon. Tercatat ada 15 peserta ELTA 2018 dari berbagai daerah di
Provinsi Maluku Utara, yang akan mengikuti program mulai 17 September nanti.
Saya menuliskan
ini bukan untuk memamerkan bahwa saya mendapatkan beasiswa dalam program ELTA
melainkan untuk berbagi informasi bahwa ELTA adalah program yang baru memasuki
tahun keduanya untuk wilayah Indonesia Timur dan akan diadakan setiap tahun
pada tahun selanjutnya, olehnya sering-seringlah berkunjung ke laman website
Australia Award untuk mengetahui kapan beasiswa AAS 2019 akan dimulai
seleksinya dan kapan program ELTA dibuka lagi, perlu diingat bahwa beasiswa
dari Pemerintah Australia ini sangat mengutamakan perempuan dan penyandang
disabilitas sebagai peserta. Tidak perlu sungkan sebab disediakan tutor khusus
untuk penyandang disabilitas yang mendaftar dan lulus seleksi. Saya lumayan
senang mengetahui hal ini, akhirnya ada pula beasiswa yang ramah pada perempuan
dan penyandang disabilitas, sebab bukankah setiap orang berhak mendapatkan
kesempatan untuk meraih pendidikan yang setinggi-tingginya?
Sebagai penutup saya ingin bilang, yang sering bertanya perihal saya ke Australia melalui media
sosial maupun SMS saya jawab, itu HOAX!!
Tidore, 2 September 2018
Edit : Sekarang (2021) Insha Allah berita saya
studi ke Australia bukan lagi berita hoax. :’)
*tulisan ditulis pada September 2018 dan diposting di blog PILAS pada tahun
yang sama.
Komentar
Posting Komentar