Whats goin on in Adelaide? Part 2

Hi, it's me, Ovy again. Saya terakhir menulis blog untuk self indulgence alias healing alias kepuasan pribadi alias curhat setelah seminggu sampai di Australia dan mengalami culture shock yang luar biasa, sudah lebih dari setahun yang lalu. Masih teringat jelas ketika kedinginan di bandara Sydney waktu pertama kali pindah ruang dan waktu, dari suhu panas garis katulistiwa langsung ke musim dingin 11 derajat celcius dan berangin. Meskipun hanya pindah dari terminal international ke terminal domestik, dinginnya Sydney tetap bikin menggigil haha. 

Perjalanan waktu itu adalah jarak terlama yang pernah saya tempuh seumur hidup. Menyeberang dari Tidore ke Ternate menggunakan speed boat, lanjut pesawat Ternate - Jakarta kurang lebih 3,5 jam, menginap semalam di Jakarta, lalu penerbangan jam 2 pagi di hari berikutnya untuk bertolak ke Australia.  Tiba di Sydney pagi buta di musim dingin berangin dan hanya punya 3 jam untuk pengecekan paspor, visa, bagasi, dan pindah terminal untuk lanjut ke Adelaide. Perjalanan panjang pertama yang melelahkan lahir batin hahaha. 

Pertama kali ke luar negeri, saya beruntung bertemu beberapa kawan sebeasiswa dengan tujuan Melbourne di Soetta, dan memiliki waktu menyenangkan di ruang tunggu. Setiba di Sydney, saya mengekori kawan-kawan baru saya dan kami saling membantu mengurusi bagasi serta mencari jalan menuju terminal domestik. Itu adalah pertemuan pertama dan terakhir saya dengan mereka bertiga, semoga kawan-kawan, yang saya temui setahun lalu di Soetta, sehat-sehat di mana saja. Terima kasih sudah mengajak berkenalan, bertukar cerita dan menjadi teman seperjalanan yang menyenangkan. 

Melanjutkan perjalanan ke Adelaide dengan Qantas, saya jadi punya referensi lain tentang makanan enak di pesawat hahaha. Banyak sekali makanan dan cemilan yang disuguhkan saat di pesawat, baik penerbangan Qantas internasional maupun domestik, namun dari semua makanan yang paling saya ingat adalah Lamington, kue khas Australia yang pertama kali saya kenal saat acara penutupan Pre-Departure Training di Bali tahun 2020. Lamington ini kue ini sejenis bolu atau soft cake yang dilapisi lelehan coklat dan dibaluri parutan kelapa kering. Bagi saya, kue ini pada akhirnya jadi semacam simbol perjuangan. Sebab setiap melihat kue ini di supermarket, saya jadi berkontemplasi pada perjuangan saya belajar bahasa Inggris sambil memaki-maki grammar wkwk 

https://www.wandercooks.com/wp-content/uploads/2020/01/lamington-recipe-4.jpg



Eeh, ini sesungguhnya mau bahas apa? Sangat tidak jelas ya haha. Mohon maap postingan kali ini isinya acak adut dulu haha, biar bagian lain saja yang teratur wkwk (btw, di postingan selanjutnya saya mau bahas tentang apa saja yang dipelajari saat jadi mahasiswa "SJW" wkwk alias mahasiswa di studi gender dan perempuan di Flinders university).


Cerita soal Adelaide dan Australia, musim yang paling saya senangi adalah musim semi dan musim gugur. Alasannya, di musim semi cuaca jadi lebih hangat, sebab peralihan antara musim dingin dan musim panas. Saya yang terbiasa berlaku "kaki panjang" jadi sangat senang sebab bisa "ukur jalan" di cuaca yang lebih hangat dan bunga-bunga yang mekar di mana-mana. Ada pembahasan antara saya dengan teman tentang bebungaan yang all out di musim semi. Berbeda dengan negara dua musim, di negara empat musim ini setiap musimnya terbagi ke setiap 3 bulanan. Bisa jadi ini adalah alasan kenapa bunga mekar dengan sangat indah dan sempurna di musim semi, sebab mereka hanya punya 3 bulan untuk menikmati hidup. Kalau di Indonesia, sepanjang tahun punya matahari yang cukup jadinya bunga-bunga mekar tiap saat dan kadang menjadi "biasa saja". Ini asumsi yang tidak benar sebenarnya haha, saya hanya memikirkan alasan untuk menjawab "kenapa?" di kepala saya wkwk. 

Di musim semi, Adelaide jadi luar biasa indahnya seperti di video saya di bawah (bisa cek di IG kalau videonya tidak bisa terputar). Kita bisa menemukan padang bunga kanola (bunga berwarna kuning yang kata teman "tinggal setel lagu India saja langsung jadi klip video", tapi jangan lupa selendang biar bisa ala-ala Rahul & Anjeli wkwk). Kita juga bisa menemukan beberapa jenis bunga sakura, berjalur-jalur jalanan yang dipenuhi jakaranda, lavender, mawar dan berbagai macam bunga di taman-taman dekat rumah, di botanical garden, di hutan Flinders uni dan tempat lain. 







Musim lain yang paling saya senangi adalah musim gugur. Musim di mana pohon-pohon berubah warna dari hijau menjadi merah, oranye, kuning dan warna-warna lainnya. Seingat saya, dipelajaran biologi diajarkan bahwa di musim gugur warna daun berubah dan rontok adalah salah satu sifat tumbuhan untuk bertahan hidup di musim semi. Kalau di lingkungan tempat saya lahir sih, pepohonan yang sudah tidak punya daun dalam sekejap mata akan berubah jadi bahan bakar hahaha. Saya jadi merasa lucu setiap melihat pepohonan tanpa daun di musim dingin, di kepala saya skenario "calon-calon kayu bakar sepanjang mata memandang" terus muncul wkwk. Di musim ini pun kadang ada hujan dengan butiran es yang bulat sempurna dan estetik haha.

Mesipun bukan musim yang saya digemari, marilah kita bahas musim panas di Adelaide. Di musim panas, sering sekali ada serangan panas atau heat wave, suhu bisa capai 35 derajat celcius. atau lebih. Eeh pasti ada yang mau komentar nih pas di bagian ini. Nanti ada yang bilang "heh, anak Tidore yang so biasa panas saja kong, sombong eee 35 saja bilang panas," hahaha. 

Panas pas heat wave itu analoginya sejenis panas karena uap oven. Pernahkan berdiri berlama-lama di depan oven Tobelo yang sedang membakar kue? Nah kalau belum pernah, silahkan dicoba dulu baru lanjut baca wkwkwk. Panasnya itu terik dan punya uap panas dari dalam tanah, sampai angin pun terasa panas. Saking panasnya saya sampai migrain dan hampir pingsan saat pertama kali merasakan langsung. Saat panas seperti itu, saya memang lebih memilih tinggal di dalam gedung atau perpustakaan ber-AC sampai pukul enam sore. Oh iya, di Adelaide, saat musim panas matahari terbenam mulai dari jam 8 sampai setengah 9 malam. Hal ini dikarenakan beberapa negara bagian Australia memberlakukan Daylight Saving Time,  di mana waktu menjadi satu jam lebih maju dari biasanya. Kenapa begitu? katanya sih untuk menghemat penggunaan listrik, kalau alasan lengkap, rinci dan ada muatan sejarahnya silahkan brosing sendiri (mandiri dolo e tolong hahahaa).


Jadi saat heat wave, jam 6 sore udara dan suhu masih lumayan panas, pun dengan suhu di pagi hari yang biasanya 16 derajat bisa capai 23 derajat di jam 8 pagi wkwk.  


Nah, sekarang, saat menulis ini, suhu di Bedford Park adalah 16 derajat celcius dengan angin 43 km/jam. Coba tebak ini musim apa? 







***************

Bedford Park, 28 Nov 2023.
IG: Ovy_hayatuddin











Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENGALAMAN WAWANCARA BEASISWA AUSTRALIA AWARDS 2019

WHAT’S GOIN ON ADELAIDE?